“Jika tanganku adalah tanganmu maka tiada daya aku kecuali atas izinmu.”
-
Follow Me @dexris
-
Halaman
-
Cari
-
Top Clicks
-
Arsip
-
Blogroll
“Jika tanganku adalah tanganmu maka tiada daya aku kecuali atas izinmu.”
Garuda (baca: rakyat) kini tidak lagi berdiri membentang kedua sayapnya sambil mencengkram slogan bhinneka tunggal ika untuk memperlihatkan perisai pancasila sebagai idiologi dan cita-cita Indonesia.
Kini, garuda telah mulai menggetarkan kedua sayapnya sebagai tanda bahwa segenap rakyat dari berbagai suku bangsa dan ragam budaya sedang berdenyut. Urat nadi kepemimpinan rakyat menjadi tanda rakyat sedang memimpin perubahan untuk pencapaian cita-cita Indonesia Raya.
Kini, mata tajam garuda terus awas menditeksi, dan dengan kesempurnaan aerodinamika sayapnya siap terbang, dan pada waktunya siap mengarahkan cakar kakinya menerkam “tikus” dan “ular” perusak bangsa dan negara.
Tidak ada gunanya memilih menjadi “tikus” atau “ular” karena jambul burung garuda menjadi radar yang senantiasa mengirim informasi akurat bagi aksi tercepat. itu maknanya rakyat siap dalam segala keadaan.
Jika ingin selamat jadilah sahabat garuda (baca: rakyat). Tidak ada gunanya membuat guncangan, badai, apalagi hawa panas. Garuda (baca: rakyat) memiliki kemampuan dalam menghadapi segala medan. Musuh garuda tidak akan dilepas lagi karena garuda (baca: rakyat) sudah mulai menggetarkan kepak sayapnya sebagai tanda rakyat siap memimpin perubahan untuk menggapai cita-cita segenap rakyat Indonesia.
*Risman A Rachman
Sebuah buku berjudul “peACEHeart – Ayat-ayat Serambi Cinta” karya Risman A. Rachman akan segera diluncurkan. Buku ini merupakan sebuah kitab baten yang dituangkan sebagai tafsir dari kesunyian Sang Pejalan Sunyi.
Risman A. Rachman
Pria kelahiran Meulaboh, Aceh ini lebih dikenal sebagai Penulis Mistikus Aceh karena tulisan-tulisannya yang kerap melampaui ruang imajinasi dan baru tertangkap maksudnya manakala dibaca setelah melakukan taharah hati.
Setiap kata yang diuraikannya memiliki cinta dan oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila setiap katanya mampu meresap ke setiap jantung dan hati siapa pun yang membacanya. Membuat semua menjadi bergetar dan ruang batin pun terasa penuh.
Ciri khas pemilihan kata dan kalimat serta cara penulisannya merupakan pertanda originalitas pemikiran dan karya yang dihasilkan.
Kata Production merekamnya dan dengan sepenuh cinta mempersembahkannya untuk dunia.
KATAPro
Ini peristiwa lama. Tepatnya, peristiwa di tahun1988. Sebuah peristiwa yang sangat dramatis terjadi pada 29 Agustus 1988.
Untuk menemukan gambarannya, saya menarik dan melirik sepenggal catatan Tempo yang ditulis setahun sesudah peristiwa terjadi itu, yaitu tanggal 26 Agustus 1989.
Tempo, 26 Agustus 1989. LHOKSEUMAWE, Aceh Utara, 29 Agustus 1988. Baca lebih lanjut
AKU
Aku datang bersama angin pagi, siang dan malam. Mengulur tangan sambil menyapa penyanjung langit dan bumi dan berucap “perkenalkan, aku aneuk sebrang.” Baca lebih lanjut
Pengantar: Di sepanjang hidup, kita sudah banyak atau minimal sudah pernah menulis surat. Kini, saatnya menulis surat untuk Sang Kekasih.
Sungguh, jika dengan menulis surat saja setiap diri bisa mencapai “ekstasi” mencintai-Nya maka jiwa akan menjadi damai jika dicintai dan mencintai Sang Kekasih – Dia yang Rahman dan Dia yang Rahim.
Berikut “Surat Cinta untuk Sang Kekaseh,” yang oleh penulisnya, Risman A Rachman (penulis mistikus Aceh), dipercaya bisa membahagiakan jiwa bagi yang membacanya. Atas izin penulis, admin Kata Institute, kembali mempublikasikan surat ini, untuk satu maksud, berbagi kebahagiaan khusus di hari yang fitri ini.
Selamat menikmati.
***